Powered By Blogger

Kamis, 19 Agustus 2010

ORANG TUA DAN ANAK NYA


Kita dan Orang Tua Kita


“"Kita cenderung selalu berpikir bahwa kata 'pertumbuhan' hanyalah milik kita. Bahwa orang tua kita sudah berhenti 'tumbuh'. "”

Semakin kita dewasa, semakin kita mengerti tentang orang tua kita. Setidaknya itu terjadi kepada saya. Saya rasa sangatlah natural untuk tumbuh dewasa dan semakin mengerti apa yang dirasa dan dialami orang tua kita.

Saya bingung harus memulai dari mana, karena berbicara tentang orang tua kita, kita berbicara tentang seluruh hidup kita. Tapi ada yang menjadi perhatian saya yang luar biasa besar belakangan ini tentang kedua manusia yang saya cintai ini.

Sebagai generasi muda, generasi penerus, kita cenderung selalu berpikir bahwa kata 'pertumbuhan' hanyalah milik kita. Bahwa orang tua kita sudah berhenti 'tumbuh'. Nyatanya mereka tidak pernah berhenti tumbuh dan berkembang seperti kita, generasi muda. Karena hidup memang seperti itu. Setidaknya mereka senantiasi tumbuh dan berkembang dalam pemikiran, pemahaman, perasaan, kebijakan, pengetahuan.

Kita juga sebagai generasi muda cenderung berpikir bahwa 'kehidupan baru' itu hanya milik kita, bukan milik orang tua kita. Bahwa mulai dari kita bayi, hingga sekolah, mendapatkan pekerjaan, hingga menikah, punya anak dan sebagianya, kita selalu lekat dengan 'perjalanan menempuh hidup baru'. Tapi kita cenderung tidak menganggap bahwa 'menempuh hidup baru' sudah bukan lagi bagian dari kehidupan orang tua kita. Padahal, mereka selalu berhak untuk menempuh hidup baru. Harapan baru setiap harinya. Mereka, manusia sama seperti kita. Mereka berhak mendapatkan semangat baru setiap harinya. Kebahagiaan baru setiap harinya. Mereka berhak mendapatkan senyum yang baru setiap harinya.
“"Tuanya usia orang tua kita, tidak sedikitpun mengurangi hak hidup mereka untuk merasakan berbagai hal baru."”

Mereka berhak sepenuhnya mendapatkan kebahagiaan material yang baru. Mereka berhak mendapatkan pencerahan baru, seperti kita. Mereka berhak sepenuhnya mendapatkan suasana baru, sama seperti kita. Mereka juga berhak mendapatkan pengalaman dan petualangan baru dalam hidup sama seperti kita. Orang tua kita, adalah manusia yang sama seperti kita. Mereka energi kehidupan yang sama seperti kita yang lahir kedunia.

Mereka jiwa yang sama murninya seperti kita pada saat lahir. Mereka jiwa yang sama-sama didoakan oleh kakek dan nenek kita saat mereka lahir, sama seperti kita. Orang tua kita adalah jiwa yang sama seperti kita, yang disambut ke dunia dengan doa dan harapan dari orang tua mereka. Sampai kapanpun, orang tua kita, adalah sumber dan energi kehidupan yang sama seperti kita, yang tidak lepas dari doa dan harapan orang tuanya mereka juga. Mereka persis sama seperti kita.

Jadi, mereka adalah bayi yang sama seperti kita. Mereka juga adalah anak dari orang tua mereka, just like us, we are the children of our parents. Mereka api dan semangat yang sama seperti kita pada saat lahir hadir di dunia ini. Seperti kita pada saat lahir dan sepanjang masa pertumbuhan kita menuju dewasa, mereka juga selalu di iringi doa dan harapan orang tua mereka. Orang tua kita berhak sepenuhnya untuk selalu merasakan kehidupan, perkembangan dan pertumbuhan, hidup baru setiap hari - just like us, the young generation. Orang tua kita adalah penerus dari kakek dan nenek kita, seperti kita penerus dari orang tua kita. Hak mereka sama. Tuanya usia orang tua kita, tidak sedikitpun mengurangi hak hidup mereka untuk merasakan berbagai hal baru, untuk merasakan 'pertumbuhan dan perkembangan'.

Oleh karenanya, berilah mereka selalu, harapan baru, semangat baru, senyum yang baru, tawa yang baru. Bahkan jika kita dikarunia rejeki, berilah mereka kebahagiaan material yang baru, mobil baru, rumah baru, pakaian baru, mencoba berbagai menu makanan baru. Ajaklah mereka berlibur mendapatkan suasana baru, mencoba restaurant baru, mendengarkan musik yang baru, melihat pemandangan yang baru, membaca jenis bacaan yang baru. Apapun yang baru, tetap dan akan selalu menjadi hak mereka. Bukan hanya hak kita sebagai generasi muda.

Mereka, adalah bayi yang sama seperti kita saat kita lahir. Mereka juga menyenangi hal-hal yang bisa membuat mereka tertawa dan tersenyum seperti kita. Jangan lepaskan aspek kehidupan dari diri mereka. Mereka manusia yang sama, yang tetap ingin bersinar. Berilah mereka, dan biarkanlah mereka bersinar sampai akhir hidup mereka. Berikanlah mereka selalu energi kehidupan. Copotlah status dan wujud fisik mereka sebagai 'orang tua', kenyataannya, kita dan mereka sama-sama mahluk yang berhak sepenuhnya atas kebahagiaan dalam kehidupan.

Sampai pada akhirnya, saat mereka akan menjemput ajalnya, berilah mereka usaha kita yang terbaik saat merawatnya untuk mempermudah perjalanannya. Supaya mereka bisa tersenyum damai untuk menempuh perjalanan atas hidup baru mereka di atas sana.

Bersikaplah Seperasaan dengan Orang Tuamu
Kamu tidak bisa mengendalikan apakah orang tuamu berpisah atau tidak, kamu juga tidak bisa mengendalikan apakah kedua-duanya harus bekerja purnawaktu. Namun, hingga taraf tertentu kamu bisa mengendalikan apakah kamu membiarkan tantangan tersebut merusak hubunganmu dengan mereka. Satu cara kamu bisa mengurangi kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan adalah dengan mengembangkan keibaan hati bagi orang tuamu, dengan mencoba mengerti tantangan yang mereka hadapi.

Seorang anak muda bernama Amber telah menerapkan nasihat ini. Ia mengakui bahwa hubungannya dengan ibunya kadang-kadang diwarnai stres, kesalahpahaman, dan frustrasi. Meskipun demikian, ia mengatakan, ”Ibuku telah mengalami begitu banyak hal dalam hidupnya. Ia telah membesarkan kami berempat seorang diri. Ia selalu menyediakan bagi kami tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Aku benar-benar mengagumi kekuatannya, dan aku berharap bisa memperlihatkan tekad yang sama sewaktu menghadapi kesukaran.”

Jika kamu berupaya memahami situasi yang dihadapi orang tuamu dan merasakan emosi yang mereka rasakan, kamu akan terbantu untuk memiliki pandangan yang seimbang terhadap problemmu. Dengan melakukannya, kamu juga terbantu mengenali serta meniru sifat-sifat baik orang tuamu.
Yang Dibutuhkan para Remaja dari Orang Tua
Komunikasi yang Jujur dan Terbuka:
Pembicaraan konfidensial dengan anak-anak Anda perlu sewaktu mereka masih kecil. Hal ini tentunya lebih penting lagi semasa mereka remaja, sewaktu anak muda menggunakan lebih sedikit waktu di rumah dan lebih banyak waktu bersama teman sekolah atau teman bergaul lainnya. Jika tidak ada pembicaraan konfidensial—tidak adanya komunikasi yang jujur dan terbuka antara anak-anak dan orang tua—para remaja bisa menjadi orang asing di rumah.

Disiplin yang Tepat: Disiplin mengandung makna koreksi dan pelatihan—meskipun kadang-kadang hukuman juga perlu. ”Orang bodoh tidak merespek disiplin bapaknya, tetapi siapa pun yang memperhatikan teguran adalah cerdik,”Seorang remaja tidak bisa ”memperhatikan teguran” jika itu tidak diberikan. Tentu saja, sewaktu mendisiplin seorang remaja, orang tua perlu seimbang. Mereka tidak boleh begitu ketat sehingga membuat kecil hati anak mereka, mungkin bahkan merusak keyakinan dirinya. ( Namun, orang tua tentu tidak ingin bersikap serbaboleh dan tidak memberikan pelatihan yang penting kepada remaja mereka. Sikap serbaboleh bisa berbahaya.*